Oleh: M. Abdullah (emabdulah@yahoo.com)
Badrun membawa piringnya, seperti biasa, mengantri setiap pagi untuk
sarapan pagi. Wajahnya selalu tersenyum pada setiap orang. Walaupun dia masih
muda, nampak kerut-kerut di wajahnya, yg membuat dia kelihatan lebih tua dari
umurnya. Karena kasus manipulasi, Badrun harus mendekam di penjara ini.
Hukum memang tak kenal belas kasihan. Orang yg mengenal Badrun dari
dekat pasti tak tega, kenapa orang sebaik dia harus masuk penjara.
Sebelum masuk penjara ini, dia adalah akuntan sebuah perusahaan besar.
Dari gajinya bekerja, dia dapat menghidupi anak dan istrinya, mempunyai
rumah dan kendaraan. Dia juga punya sebidang tanah untuk sekedar berkebun,
warisan orangtuanya. Hidupnya betul-betul bahagia.
Sampai akhirnya, suatu tragedi telah berlaku padanya. Urusannya hanya
sepele, pada mulanya. Sebagai seorang karyawan dg posisi basah, di
sebuah perusahaan, sedikit banyak pasti menimbulkan kecemburuan antara sesama
rekan kerjanya.
Adalah Santi, seorang sekretaris boss, wanita pintar tapi liar, yg
membikin gara-gara. Sudah lama dia memendam rasa iri pada Badrun. Karena
posisinya, sebagai sekeretaris direktur, ternyata tak bisa sekedar memanipulasi uang
belanja perusahaan. Sebab setiap kali dia membujuk Badrun, tak bisa juga dapat,
walaupun satu sen. Badrun memang tak bisa sembarangan mengeluarkan
uang, sebelum disetujui atasan.
Sebagai wanita pintar, Santi tahu kelemahan lelaki, dan mengetahui pula
kelebihannya sebagai wanita. Disebarkannya gossip ke seluruh karyawan,
kalau dia menjalin hubungan dg Badrun. Dan dg aktingnya yg meyakinkan,
berhasil mengelabui seluruh karyawan, kalau dia sudah betul-betul dekat dg
Badrun. Dg berbagai bujuk rayu dan kata yg manis pada staff bawahan Badrun pula,
dia berhasil mempunyai akses ke bagian keuangan, bagian yg dikepalai
Badrun.
Badrun tak suka dg sifat Santi, tapi dia juga tak bisa bersikap kasar,
apalagi Santi adalah sekretaris boss. Dg halus ditegurnya sikap Santi
tsb. Tapi, Santi memang sudah nekat. Entah bagaimana, tiba-tiba saja uang sebesar lebih dari 1
milyar tak diketahui keberadaannya. Tak ada kwitansi, tak ada nota, tak
ada barang hasil pembelian dan sebagainya.
Badrun yakin, ini ulah Santi, tapi dia tak bisa membuktikannya. Seluruh
transaksi keluar dan masuk uang, selalu memakai nama dia. Akhirnya
vonis menimpa dia, didakwa menggelapkan uang perusahaan. Bukan itu saja,
ternyata gossip yg disebarkan Santi sudah sampai ke rumah-tangga Badrun. Istri
Badrun dibakar cemburu, pergi dari rumah bersama anak kesayangannya.
Ketika sidang pun, istrinya tak datang, apalagi selama dia dipenjara.
Kawan-kawan dan tetangganya juga menjaga jarak, mereka tak menyangka,
ternyata orang pendiam dan baik itu, bisa berbuat kriminal. Padahal tak
terhitung kebaikan-kebaikan selama ini pada tetangga dan
teman-temannya.
Seluruh hartanya bendanya, termasuk kebun warisan orangtuanya, dirampas
untuk mengganti seluruh kerugian perusahaan.
Bahkan di dalam penjara, Badrun selalu menerima perlakuan-perlakuan yg
tidak adil dari sesama penghuni. Sering dia tidak kebagian jatah makanan,
uang kerajinan hasil membuat ukiran dipalak atau tak dibayarkan. Pelecehan
mungkin hampir dia dapatkan tiap hari. Tapi itu tak menyurutkannya
tersenyum dan menyapa setiap orang serta berbuat baik.
Suatu malam, di dalam mushalla LP, aku mengobrol dengannya. Bertanya
penuh ingin tahu, akan sikapnya selama ini. Kenapa dia tak mau melawan
ketika dipukul seorang penghuni yg sok jagoan, kenapa dia diam saja
ketika jatah makanannya direbut, kenapa dia tak membalas dendam segala sikap
tidak adil yg diterimanya selama ini, baik sebelum atau sesudah dia
dipenjara.
Maka, kucatat segala perkataannya, yg tak kulupakan seumur hidupku:
"Manusia sering kali bertindak tak masuk akal dan egois, bagaimanapun
juga, maafkanlah mereka. Kalau kamu berbuat baik, orang-orang akan menyangka
kamu punya motivasi di balik perbuatan baikmu itu, bagaimanapun juga,
teruskanlah bebuat baik.
Kalau kamu sedang mengalami suatu perkara, kamu akan menemui kawan yg
palsu, dan lawan yg sesungguhnya. Terus jalani perkara itu. Kalau kamu jujur
dan terus-terang, orang akan mengira kamu sedang berbuat curang,
bagaimanapun juga, tetaplah berlaku jujur. Apa yg kamu bangun selama bertahun-tahun,
bisa saja dihancurkan oleh seseorang dalam waktu satu malam. Tapi, tetaplah
membangun bangunan itu.
Kalau kamu berada dalam kedamaian dan kebahagiaan, orang-orang pasti
iri dan cemburu; tetaplah kamu bahagia dan tersenyum dalam kedamaianmu.
Perbuatan baik yg hari ini kamu lakukan, bisa jadi dilupakan oleh orang esok
hari; bagaimanapun juga, tetaplah berbuat baik. Berilah dunia ini yg paling
bagus yg kau miliki, dan itu belum tentu cukup; tapi, bagaimanapun juga,
tetaplah memberi.
Kamu lihat, pada akhirnya, ini adalah urusan antara kamu dan
Tuhan"
(*)
renungan yang menyejukkan...
Thursday, January 10, 2008
urusan antara kamu dan Tuhan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment