setelah menunggu lama dan melalui proses berbelit-belit, akhirnya ITBTV punya kantor juga. ruangan yang mungil yang biasa disebut paviliun rumah A... cuman satu ruangan! ukurannya kurang lebih 3x6 meter lah, gak tau juga persisnya, yang pasti gak mungkin klo semua kegiatan ITBTV mesti dipindahin ke sana.
satu ruangan tadi dibagi jadi dua area yang dibatasi ama rak en lemari yang udah nongkrong sejak lama di sana. area pertama isinya satu meja kerja ama sepasang kursi... mirip lobi. hanya saja tetep juga ruang kerja. daerah ini yang boleh dimasuki oleh tamu ato orang luar. kemungkinan besar satu komputer yang bakal di taro di sini adalah untuk keperluan divisi internal.
area yang lain kira-kira 2/3 luas ruangan. di bagian tengahnya di taro satu meja, kayak meja rapat tapi lebih mirip meja makan, berukuran kecil. ada white board, tv, printer en mesin fax. direncanakan bakal nambah dua meja buat naro 2 komputer. kemungkinan komputernya buat keperluan divisi eksternal.
ini adalah kemenangan kecil yang perlahan akan mengantar kami pada tujuan akhir. perjuangan baru ajah di mulai, ngantor euy...
Sunday, October 23, 2005
Saturday, October 15, 2005
gokusen
gokusen, dorama tentang seorang gadis cucu seorang yakuza yang bertekad untuk menjadi seorang guru. bukannya menemukan kelas yang ia idam-idamkan, si gadis ini malah jadi wali kelas 3d yang berisi kumpulan anak-anak berandal yang sudah dicap sebagai sampah masyarakat. perjuangan dimulai..
si guru berjuang mati-matian untuk menjadi sosok seorang guru sesungguhnya. menjadi sahabat yang terpercaya dan dipercaya, menjadi pembela yang setia dan teladan berjalan sepanjang hari... hingga perlahan, dia mendapatkan kepercayaan dan perhatian penuh dari anak-anak didiknya juga rekan-rekan kerjanya
ceritanya sederhana, kemasannya juga cenderung biasa ajah tapi filosofi di setiap episode tuh film bener-bener luar biasa. si film mungkin agak komedi tapi tetap tidak mengurangi pesan-pesan yang mau disampaikan, malahan mungkin jadi lebih efektif. kerasa banget real-nya...
kok sinetron indonesia gak bisa kayak gituh yah? sederhana tapi bermakna? hmm, mungkin emang sulit cari nilai-nilai baik dalam kehidupan masyarakat kita, bahkan untuk dibikin jadi sinetron pun masih terlalu sulit, ckckckckck
si guru berjuang mati-matian untuk menjadi sosok seorang guru sesungguhnya. menjadi sahabat yang terpercaya dan dipercaya, menjadi pembela yang setia dan teladan berjalan sepanjang hari... hingga perlahan, dia mendapatkan kepercayaan dan perhatian penuh dari anak-anak didiknya juga rekan-rekan kerjanya
ceritanya sederhana, kemasannya juga cenderung biasa ajah tapi filosofi di setiap episode tuh film bener-bener luar biasa. si film mungkin agak komedi tapi tetap tidak mengurangi pesan-pesan yang mau disampaikan, malahan mungkin jadi lebih efektif. kerasa banget real-nya...
kok sinetron indonesia gak bisa kayak gituh yah? sederhana tapi bermakna? hmm, mungkin emang sulit cari nilai-nilai baik dalam kehidupan masyarakat kita, bahkan untuk dibikin jadi sinetron pun masih terlalu sulit, ckckckckck
Monday, October 10, 2005
klinik bumi medika ganesha
tadi sore gw ke klinik untuk satu urusan: berobat dan kita tidak akan berdebat tentang bagian mana yang harus diobati, oke?
di sana gw liat seorang nenek yang sedang duduk sendirian, entah sedang menunggu apa. nenek yang nyaris seluruh rambutnya telah berubah menjadi putih itu beberapa kali berusaha berdiri dengan menggunakan alat bantu (kayak tongkat dengan empat kaki itu lho...). berulang kali tangan kanannya mengangkat tangan kirinya menggapai pegangan... menarik nafas panjang sambil menutup mata.. menghembuskannya perlahan sembari menguatkan genggamannya... lalu pada hitungan tertentu, ia berdiri perlahan dan... kembali terjengkang, terduduk kembali.
berulang kali ia mencoba dan selalu gagal... matanya menerawang sedih... "kakinya udah gak kuat lagi...", begitu dia selalu berkata, bahkan ketika tidak ada seorangpun di dekatnya. gw masih bisa ngedenger klo ucapan itu dia ulang dengan suara yang rendah, seolah sedang berkata kepada dirinya sendiri...
gw masuk ruang periksa dan segera menukarkan resep. tidak terlalu segera sih, karena memang harus nungguin dulu... si nenek masih di tempat yang sama, masih menerawang sedih namun tampak masih tegar untuk mencoba. kali ini, dia menarik nafas lebih dalam. badannya lambat sekali berdiri, oleng sedikit, terhuyung sesekali hingga akhirnya dia bisa berdiri dengan "tegak". dia melangkah perlahan, sedemikian sehingga ketika gw dan orang setelah gw selesai mengambil obat, si nenek telah beranjak lebih dari satu meter. dan masih tetap tegar.
kalian mungkin bertanya-tanya, bagaimana gw tahu klo dia masih tetap tegar? gw tahu dan gw yakin dengan pengetahuan gw itu karena si nenek akhirnya bisa berjalan sendiri melewati koridor yang panjangnya lebih dari sepuluh meter. klo bukan semangat hidup yang luar biasa, harus gw namai apalagi keajaiban seperti itu? extraordinary
di sana gw liat seorang nenek yang sedang duduk sendirian, entah sedang menunggu apa. nenek yang nyaris seluruh rambutnya telah berubah menjadi putih itu beberapa kali berusaha berdiri dengan menggunakan alat bantu (kayak tongkat dengan empat kaki itu lho...). berulang kali tangan kanannya mengangkat tangan kirinya menggapai pegangan... menarik nafas panjang sambil menutup mata.. menghembuskannya perlahan sembari menguatkan genggamannya... lalu pada hitungan tertentu, ia berdiri perlahan dan... kembali terjengkang, terduduk kembali.
berulang kali ia mencoba dan selalu gagal... matanya menerawang sedih... "kakinya udah gak kuat lagi...", begitu dia selalu berkata, bahkan ketika tidak ada seorangpun di dekatnya. gw masih bisa ngedenger klo ucapan itu dia ulang dengan suara yang rendah, seolah sedang berkata kepada dirinya sendiri...
gw masuk ruang periksa dan segera menukarkan resep. tidak terlalu segera sih, karena memang harus nungguin dulu... si nenek masih di tempat yang sama, masih menerawang sedih namun tampak masih tegar untuk mencoba. kali ini, dia menarik nafas lebih dalam. badannya lambat sekali berdiri, oleng sedikit, terhuyung sesekali hingga akhirnya dia bisa berdiri dengan "tegak". dia melangkah perlahan, sedemikian sehingga ketika gw dan orang setelah gw selesai mengambil obat, si nenek telah beranjak lebih dari satu meter. dan masih tetap tegar.
kalian mungkin bertanya-tanya, bagaimana gw tahu klo dia masih tetap tegar? gw tahu dan gw yakin dengan pengetahuan gw itu karena si nenek akhirnya bisa berjalan sendiri melewati koridor yang panjangnya lebih dari sepuluh meter. klo bukan semangat hidup yang luar biasa, harus gw namai apalagi keajaiban seperti itu? extraordinary
Wednesday, October 05, 2005
my only slippers
waa, hebat juga nih bandung, sepanjang mata memandang jalan dago, bertebaran umbul-umbul dan poster yang mengabarkan diskon besar-besaran di mana-mana.. ada yang stock eksport lah, garage sale lah, cuci gudang lah, pokoknya lagih edan-edanan ajah (hiperbolis bgt yah, biarin, hehe..).
salah satunya tuh di jalan dago 56 yang dulu dipake sebagai kantor sebuah provider telepon selular. di sana lagih ada banting harga untuk produk rip curl, beuh ganas... maksudnya bukan hanya harganyah ajah yang dibanting tapi orang-orang yang datang ke sana buat beli juga pada ganas... dateng berduyun-duyun sepanjang hari, ada pula yang sama keluarga, malahan ternyata ada lho yang dateng untuk kesekian kalinya, beuh...
tempatnya gak gede-gede amat jadi seisi ruangan padet ma orang, malah bisa dibilang sumpek.. semua orang ngobrak-abrik barang-barang, nyari yang sesuai, tentunya dari sisi harganya juga... sebenernya, gw juga gatel nyomot sana-sini, cuman isi dompet emang gak ndukung sama kebutuhan fashion, gapapa... lumayan lah, akhirnya dapet sendal!
sendal ini emang butuh banget, berhubung sendal gw baru ajah putus, jadi kondisi gw slipperless gitu, hehehe... berhubung barang obralan jadilah gak bisa milih ukuran, yah diembatlah nomor 41, waktu dicobain rasanya sih oke-oke ajah
sore hari, setelah dipake agak lama kok rasanya jadi beda yah, kurang nyaman, terutama di kaki kanan... malahan rasa itu jadi berubah sakit, nah lho. kaki kanan gw, deket kelingking tepatnya, lecet! asulah... knapa yah? mungkin karena terlalu ngepas jadi kulit ma sendal bersentuhan secara tidak sehat, aaaarrrgh...
mudah2an gak buat seterusnya, bcouse these are my only slippers...
salah satunya tuh di jalan dago 56 yang dulu dipake sebagai kantor sebuah provider telepon selular. di sana lagih ada banting harga untuk produk rip curl, beuh ganas... maksudnya bukan hanya harganyah ajah yang dibanting tapi orang-orang yang datang ke sana buat beli juga pada ganas... dateng berduyun-duyun sepanjang hari, ada pula yang sama keluarga, malahan ternyata ada lho yang dateng untuk kesekian kalinya, beuh...
tempatnya gak gede-gede amat jadi seisi ruangan padet ma orang, malah bisa dibilang sumpek.. semua orang ngobrak-abrik barang-barang, nyari yang sesuai, tentunya dari sisi harganya juga... sebenernya, gw juga gatel nyomot sana-sini, cuman isi dompet emang gak ndukung sama kebutuhan fashion, gapapa... lumayan lah, akhirnya dapet sendal!
sendal ini emang butuh banget, berhubung sendal gw baru ajah putus, jadi kondisi gw slipperless gitu, hehehe... berhubung barang obralan jadilah gak bisa milih ukuran, yah diembatlah nomor 41, waktu dicobain rasanya sih oke-oke ajah
sore hari, setelah dipake agak lama kok rasanya jadi beda yah, kurang nyaman, terutama di kaki kanan... malahan rasa itu jadi berubah sakit, nah lho. kaki kanan gw, deket kelingking tepatnya, lecet! asulah... knapa yah? mungkin karena terlalu ngepas jadi kulit ma sendal bersentuhan secara tidak sehat, aaaarrrgh...
mudah2an gak buat seterusnya, bcouse these are my only slippers...
Subscribe to:
Posts (Atom)